Kamis, 12 September 2013


ASAL-USUL NAMA SUMATERA


Nama asli sumatera dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat adalah “pulau emas”. Minangkabau mengenal istilah pulau ameh dalam cerita Cindur Mata. Di Lampung dalam sebuah cerita, dalam cerita rakyatnya tercantum Tanoh Mas untuk menyebut pulau mereka yang besar itu. pendeta tsing (634-713) dari Cina yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya pada abad ke-7 menyebut pulau sumatera dengan nama chin-chou yang berarti “negeri emas”.

Dalam berbagai prasasti,  pulau sumatera disebut dalam bahasa sansekerta sebagai Suwarnadwipa (pulau emas) atau Suwarnabhumi (tanah emas). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum masehi. Naskah Budha yang termasuk paling tua dalam kitab Jataka menceritakan bahwa pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Banggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian dewi shinta, isteri Rama yang diculik Ravana sampai ke Suwarnabhumi.

Para musafir arab menyebut pulau sumatera dengan nama Suwarandib, transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya pada tahun 1030 mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di Pulau Suwarandib.

Di kalangan bangsa Yunani purba, Pulau Sumatera sudah dikenal dengan nama Taprobana. Nama Taprobana Insula telah dipakai oleh Klaudios Ptolemaios, ahli geografi Yunani abad kedua Masehi, Tepat tahun 165 ketika dia menguraikan daerah Asia Tenggara dalam karyanya Gheoghaphike Hypeghesis. Ptolemaios menulis bahwa di Pulau Taphobrana terdapat negeri Barousai yang dimaksudkan adalah Barus di pantai barat Sumatera yang terkenal sejak zaman purba sebagai penghasil kapur barus.

Naskah Yunani tahun 70, periplous tes Erythras Thalasses, mengungkapkan bahwa Taprobana juga dijuluki Chryse Nesos yang artinya “pulau emas”. Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar laut tengah sudah mendatangi tanah air kita, terutama Sumatera. Di samping mereka mencari emas mereka juga mencari kemenyan (Styrax sumatrana), dan kapur barus (Drayobalanops Aromatica) yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya para pedagang Nusantarapun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur, sebagaimana tercantum pada Naskah Historia Naturalis karya plini abad pertama masehi.

Dalam kitab umat Yahudi “Malakim” (raja-raja) pasal 9 diterangkan bahwa Nabi sulaiman a.s. raja Israel menerima 420 talenta emas dari Hiram, raja Tirus yang menjadi bawahan Beliau. Emas itu didapatkan dari negeri Ophir.  Kitab Al-qur’an surat Al-Anbiyaa’ 81 menerangkan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman a.s. berlayar ke tanah yang kami berkati atasnya (al ardlo allati baaroknaa fiihaa).

Nama Sumatera sendiri berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad 13 dan abad 14. Para musafir Eropa sejak abad 15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ilal masyriq (pengembaraan ke timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di Kerajaan Samatrah.

Pada tahun 1490 Ibnu Majid membuat peta daerah Samudera Hindia dan di sana tertulis Pulau Sumatrah. Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro pada tahun 1498 dan muncullah nama camatarra. Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama samatara, sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama samatra. Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya dengan camatora. Antonio Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang agak benar yakni: Somatra. Catatan-catatan orang belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen Van Linschoten dan Sr Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan “Sumatra”. Bentuk inilah yang baku kemudian disesuaikan dengan lidah kita.

Demikianlah sedikit sejarah tentang asal-usul Pulau Sumatera yang kami ambil dari berbagai sumber. Semoga memberikan manfaat buat kita semua..amiin.

“Tuhan Yang Maha Esa” yang lebih mengetahui atas segalanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar